MAKALAH
“TAFSIR
SURAT AL-HAJJ AYAT 41 TENTANG TUJUAN PENDIDIKAN”
Oleh :
Siti Nurjannah 13101132
SALAH
SATU TUGAS MATA KULIAH TAFSIR
PRODI
PENDIDIKAN BAHASA ARAB
JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI JURAI SIWO METRO
2014
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah tafsir yang berjudul tafsir surat Al-Hajj ayat 41. Dan
juga kami berterima kasih pada dosen pengajar yang
telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai tafsir dari surat Al-Hajj ayat
41 yang membahas tentang tujuan pendidikan.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Metro,
28 September 2014
|
Penulis
|
DAFTAR
ISI
Halaman
Halaman Awal............................................................................................. i
Kata Pengantar............................................................................................. ii
Daftar Isi...................................................................................................... iii
I.
PENDAHULUAN.................................................................... 1
A.
Latar Belakang..................................................................... 1
B.
Tujuan.................................................................................. 1
II.
PEMBAHASAN....................................................................... 2
A.
Teks dan Terjemah............................................................... 2
B.
Mufradat.............................................................................. 2
C.
Penafsiran............................................................................. 2
D.
Ayat-ayat Terkait................................................................. 5
III.
PENUTUP................................................................................. 7
A.
Kesimpulan.......................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar
dan berkualitas, individu-individu yang beradab akan terbentuk yang akhirnya
memunculkan kehidupan sosial yang bermoral. Sayangnya, sekalipun institusi-institusi
pendidikan saat ini memiliki kualitas dan fasilitas, namun institusi-institusi
tersebut masih belum memproduksi individu-individu yang beradab. Sebabnya, visi
dan misi pendidikan yang mengarah kepada terbentuknya manusia yang beradab, terabaikan
dalam tujuan institusi pendidikan.
Penekanan kepada pentingnya anak didik supaya hidup dengan
nilai-nilai kebaikan, spiritual dan moralitas seperti terabaikan. Bahkan
kondisi sebaliknya yang terjadi. Pendidikan diarahkan untuk melahirkan individu-individu
pragmatis yang bekerja untuk meraih kesuksesan materi dan profesi sosial yang
akan memakmuran diri, perusahaan dan Negara. Pendidikan dipandang secara
ekonomis dan dianggap sebagai sebuah investasi. Gelar dianggap sebagai tujuan
utama, ingin segera dan secepatnya diraih supaya modal yang selama ini
dikeluarkan akan menuai keuntungan. Sistem pendidikan seperti ini sekalipun
akan memproduksi anak didik yang memiliki status pendidikan yang tinggi, namun
status tersebut tidak akan menjadikan mereka sebagai individu-individu yang
beradab.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah :
1. Agar mahasiswa tahu tentang ayat-ayat
Al-Qur’an yang berkaitan dengan tujuan pendidikan.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan
memahami realitas tujuan pendidikan saat ini dengan tujuan pendidikan yang
tergambar dalam Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teks Ayat
dan Terjemah
الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي
الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ
الْمُنْكَرِ ۗوَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُور
Artinya : “(yaitu) orang-orang yang jika
Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan shalat,
menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang
mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.”
B. Mufradat
Mendirikan
Shalat : أَقَامُوا الصَّلَاةَ
Menunaikan
zakat : وَآتَوُا الزَّكَاةَ
Menyuruh
berbuat ma’ruf : وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ
Mencegah
perbuatan munkar : عَاقِبَةُ الْأُمُور
Kembali
segala urusan : وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَر
C. Penafsiran
Ayat
diatas menyatakan bahwa mereka itu adalah orang-orang yang jika Kami
anugerahkan kepada kemenangan dan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka
bumi, yakni Kami berikan mereka kekuasaan mengelola satu wilayah dalam
keadaan mereka merdeka dan berdaulat niscaya mereka yakni masyarakat itu
melaksanakan shalat secara sempurna rukun, syarat dan sunnah-sunnahnya dan
mereka juga menunaikan zakat sesuai kadar waktu, sasaran dan cara
penyaluran yang ditetapkan Allah, serta mereka menyuruh anggota-anggota
masyarakat agar berbuat yang ma’ruf, yakni nilai-nilai luhur serta adat
istiadat yang diakui baik dalam masyarakat itu, lagi tidak bertentangan dengan
nilai-nilai Ilahiah dan mereka mencegah dari yang munkar;
yakni yang dinilai buruk lagi diingkari oleh akal sehat masyarakat, dan
kepada Allah-lah kembali segala urusan. Dialah yang memenangkan siapa yang
hendak dimenangkan-Nya dan Dia pula yang menjatuhkan kekalahan bagi siapa yang
dikehendaki-Nya, dan Dia juga yang menentukan masa kemenangan dan kekalahan
itu.[1]
Ayat diatas mencerminkan sekelumit dari ciri-ciri masyarakat yang
diidamkan Islam, kapan dan dimanapun, dan yang telah terbukti dalam sejarah
melalui masyarakat Nabi Muhammad saw. dan para sahabat beliau.
Masyarakat itu adalah yang pemimpin-pemimin dan anggota-anggotanya
secara kolektif dinilai bertakwa, sehingga hubungan mereka dengan Allah swt.
sangat baik dan jauh dari kekejian dan kemunkaran, sebagaimana dicerminkan oleh
sikap mereka yang selalu melaksanakan shalat dan harmonis pula hubungan
anggota masyarakat, termasuk antar kaum berpunya dan kaum lemah yang
dicerminkan oleh ayat diatas dengan menunaikan zakat. Disamping itu
mereka juga menegakkan niali-niai yang dianut masyarakat, yaitu nilai-nilai ma’ruf
dan mencegah perbuatan yang munkar. Pelaksanaan kedua hal tersebut
menjadikan masyarakat melaksanakan kontrol sosial, sehingga mereka saling ingat
mengingatkan dalam hal kebajikan, dan saling mencegah terjadinya pelanggaran.[2]
Dalam hal kependidikan kita tahu bahwa
penanaman nilai ketakwaan sangatlah penting untuk menumbuhkan moral bangsa yang
baik. Penanaman sikap ketakwaan dapat dilaksanakan apabila pendidikan itu
dilandaskan pada pembelajaran yang berpondasikan Islam.
Dari situlah kita sebagai calon tenaga
pendidik haruslah mengerti bagaimana menanamkan sikap ketakwaan sebagai
cerminan dari surat Al-Hajj ayat 41. Yaitu dengan cara mengajarkan sikap untuk
selalu mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan berlomba-lomba dalam kebaikan.
Tujuan pendidikan yang utama dalam Islam
menurut Al-Qur’an adalah agar terbentuk insan-insan yang sadar akan tugas
utamanya di dunia ini sesuai dengan asal mula penciptaannya. Sehingga dalam
melaksanakan proses pendidikan, baik dari sisi pendidik atau anak didik, harus
didasari sebagai pengabdian kepada Allah SWT semata.
Inilah saatnya kita kembali kepada rujukan
yang tidak ada cacatnya yaitu Al-Qur’an. Al-Quran ternyata lebih memiliki
system yang komprehensif dan integritas dibandingkan system pendidikan dunia
barat. Islam mempunyai tujuan utama yaitu “mendapatkan ridho Allah SWT”,
diharapkan dengan diterapkan tujuan ini di dalam pendidikan, manusia bisa
menjadi orang-orang yang bermoral, mempunyai kualitas, dan bermanfaat, tidak
hanya buat diri sendiri tetapi juga buat keluarga, masyarakat, Negara, bahkan
buat ummat manusia sedunia dengan landasan mendapatkan ridho Allah SWT.
Abdul Fatah Jalal menyatakan bahwa tujuan
pendidikan yang dapat dilihat dari ayat ini yaitu mengemukakan tentang tujuan
pendidikan yang membentuk masyarakat yang diidam-idamkan, yaitu mempunyai
pemimpin dan anggota-anggota yang bertakwa, melaksanakan shalat, menunaikan
zakat, menegakkan nilai-nilai ma’ruf (perkembangan positif) dalam masyarakat
dan mencegah perbuatan yang munkar.
Untuk itu hendaklah kita benahi pendidikan
kita yang telah terpedaya dengan system yang dibuat oleh dunia barat. Dari
sekarang hendaklah kita pada umumnya dan pendidik pada khususnya merubah tujuan
pendidikan kita, yaitu untuk “mendapatkan ridho Allah S.W.T. dan menjadi hamba
Allah yang patuh terhadap perintah-Nya”. apabila tujuan kita berlandaskan
dengan ini, maka dunia akan terjamin keselamatannya, dan manusia akan mempunyai
moral yang berakhlak mulia. Sehingga dapat kita capai tujuan akhir dari
pendidikan seperti yang dikatakan oleh Muhammad Athiyah al- Abrasyi, yaitu:
Terbinanya akhlak manusia. Manusia benar-benar siap untuk hidup didunia dan
diakhirat. Ilmu dapat benar-benar dikuasai dengan moral manusia yang mantap dan
manusia benar-benar terampil bekerja di dalam masyarakat.
D. Ayat-ayat
Terkait
Adapun ayat terkait mengenai tujuan
pendidikan juga terdapat dalam surat Al-Dzariya yang artinya: “dan aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”(
Al-Qur’an Surat al-Dzariyat [51] ayat 56).
Ayat ini dengan sangat jelas mengabarkan
kepada kita bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia tidak lain hanyalah untuk
“mengabdi” kepada Allah SWT. Dalam gerak langkah dan hidup manusia haruslah
senantiasa diniatkan untuk mengabdi kepada Allah. Tujuan pendidikan yang utama
dalam Islam menurut Al-Qur’an adalah agar terbentuk insan-insan yang sadar akan
tugas utamanya di dunia ini sesuai dengan asal mula penciptaannya, yaitu
sebagai abid. Sehingga dalam melaksanakan proses pendidikan, baik dari sisi
pendidik atau anak didik, harus didasari sebagai pengabdian kepada Allah SWT
semata.
Mengabdi dalam terminologi Islam sering
diartikan dengan beribadah. Ibadah bukan sekedar ketaatan dan ketundukan,
tetapi ia adalah satu bentuk ketundukan dan ketaatan yang mencapai puncaknya
akibat adanya rasa keagungan dalam jiwa seseorang terhadap siapa yang kepadanya
ia mengabdi[3].
Ibadah juga merupakan dampak keyakinan bahwa pengabdian itu tertuju kepada yang
memiliki kekuasaan yang tidak terjangkau dan tidak terbatas. Ibadah dalam
pandangan ilmu Fiqh ada dua yaitu ibadah mahdloh dan ibadah ghoiru mahdloh.
Ibadah mahdloh adalah ibadah yang telah ditentukan oleh Allah bentuk, kadar
atau waktunya seperti halnya sholat, zakat, puasa dan haji. Sedangkan ibadah
ghoiru mahdloh adalah sebaliknya, kurang lebihnya yaitu segala bentuk aktivitas
manusia yang diniatkan untuk memperoleh ridho dari Allah SWT.
Segala aktivitas pendidikan,
belajar-mengajar dan sebagainya adalah termasuk dalam kategori ibadah. Hal ini
sesuai dengan sabda Nabi SAW :
طلب العلم فريضة على كل مسلم و مسلمة (رواه ابن عبد البر
“Menuntut ilmu adalah fardlu bagi tiap-tiap
orang-orang Islam laki-laki dan perempuan” (H.R Ibn Abdulbari).[4]
من خرج فى طلب العلم فهو فى سبيل الله حتى يرجع (رواه الترمذى
“Barangsiapa yang pergi untuk menuntut ilmu,
maka dia telah termasuk golongan sabilillah (orang yang menegakkan agama Allah)
hingga ia sampai pulang kembali”. (H.R. Turmudzi).
Pendidikan sebagai upaya perbaikan yang
meliputi keseluruhan hidup individu termasuk akal, hati dan rohani, jasmani,
akhlak, dan tingkah laku. Melalui pendidikan, setiap potensi yang di
anugerahkan oleh Allah SWT dapat dioptimalkan dan dimanfaatkan untuk
menjalankan fungsi sebagai khalifah di muka bumi. Sehingga pendidikan merupakan
suatu proses yang sangat penting tidak hanya dalam hal pengembangan
kecerdasannya, namun juga untuk membawa peserta didik pada tingkat manusiawi
dan peradaban, terutama pada zaman modern dengan berbagai kompleksitas yang
ada.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari deskripsi singkat di atas, dapat
dipahami bahwa al-Qur’an telah memberikan rambu-rambu yang jelas kepada kita
tentang konsep pendidikan yang komperehensif. Yaitu pendidikan yang tidak hanya
berorientasi untuk kepentingan hidup di dunia saja, akan tetapi juga
berorientasi untuk keberhasilan hidup di akhirat kelak. Karena kehidupan dunia
ini adalah jembatan untuk menuju kehidupan sebenarnya, yaitu kehidupan di
akhirat.
Manusia sebagai insan kamil dilengkapi dua
piranti penting untuk memperoleh pengetahuan, yaitu akal dan hati. Yang dengan
dua piranti ini manusia mampu memahami “bacaan” yang ada di sekitarnya.
Fenomena maupun nomena yang mampu untuk ditelaahnya. Karena hanya manusia
makhluk yang diberi kelebihan ini.
Pengetahuan yang telah didapat manusia
sudah seyogyanya diorientasikan untuk kepentingan seluruh umat manusia. Karena
sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia seluruhnya.
Namun, tidak boleh dilupakan bahwa manusia juga hidup berdampingan dengan
lingkungan, sehingga tidak bisa serta merta kemajuan pengetahuan pengetahuan
dan teknologi malah menghancurkan dan merusak keseimbangan alam. Karena sudah
menjadi tugas manusia untuk melestarikan alam ini sebagai pengejawantahan
kekhalifahan manusia sekaligus bentuk ta’abbudnya kepada Allah swt.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen agama, Al-Qur’an dan
Tafsirnya, Jakarta: Proyek pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an, 1990
Shihab, M.Quraish, Tafsir
Al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2001
Hadits
Web: http://opi110mb.com/
[3] Departemen Agama, Al-Qur'an dan Tafsirnya (Jakarta: Proyek pengadaan
Kitab Suci Al-Qur'an,1990), Hlm.84-87
[4] Hadits Web: http://opi110mb.com/
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapustolong di koreksi mufodat nya pada 2 baris terakhir yaitu baris ke 4 dan ke 5
BalasHapustolong di koreksi lagi dalam penerjemahan ayat di atas...
BalasHapus